Selasa, 24 April 2012

COPAS SEBENTAR

Korsel Coba Gandeng Turki dalam Proyek KF-X



26 Juli 2010 – Korea Selatan masih mencari patner dalam program pengembangan jet tempur KF-X.

Setelah minggu lalu, Korsel dan Indonesia menandatangani MoU (Memorandum of Understanding) KF-X, dimana Indonesia akan menanggung hingga 20% biaya pengembangan. Korsel juga sedang bernegosiasi dengan Turki agar berpartisipasi dalam proyek KF-X.

Pemerintah Korsel berharap dapat mengandeng perusahaan pertahanan negara Barat sebagai partner dalam proyek ini.

Boeing, Lockheed Martin dan konsorsium Eurofighter terlibat dalam diskusi awal dan dapat menjadi partner pengembangan KF-X. Korsel bersama Lockheed Martin mengembangkan dan memproduksi jet tempur latih T-50.

Korean Aerospace Industries (KAI) diharapkan memproduksi KF-X di fasilitasnya di Sacheon.

Kesepakatan pemerintah dengan Korsel dapat membantu menghidupkan kembali PT. DI dalam memproduksi pesawat militer. Kerjasama pertahanan Indonesi-Turki dapat mempermulus program KF-X, jika Turki tertarik bergabung.

Prototipe pertama diharapkan terbang sekitar 2020, direncanakan Indonesia akan memperoleh 50 pesawat sedangkan Korsel 100 pesawat.

Flight Global/Berita HanKam

Aksi F-16 Thailand di Latma Pitch Black 2010



17 Juli 2010 – AU Thailand berpartisipasi latihan bersama Pitch Black 2010, berlangsung di Australia.

Latma Pitch Black 2010 diikuti sejumlah Negara AB Australia, AU Singapura, AU Selandia Baru dan AU Thailand. Lebih dari 1500 personil dan 50 pesawat tempur terlibat dalam latihan ini.

Latihan berlangsung di dua tempat, “Blueland” berlokasi di pangkalan udara Darwin dan “Redland” di Tindal.

Australia menyertakan F-111, F/18 Hornet, Hawk dan pesawat latih PC-9/A Pilatus. AU Thailand menurunkan F-16 A/B, dan Singapura F-16, E-3 Hawkeye dan pesawat tanker KC-135.








Courtesy : Australian DoD

Saab Develops Future Avionics System for Gripen



25 May 2010 -- Defence and security company Saab has received an order from the Swedish Defence Materiel Administration (FMV) to develop an avionics system for the Swedish Armed Forces' Gripen aircraft. The order value amounts to MSEK 450, divided over 2 years.

The order means that work will begin on a new avionics system, including new computers and displays, which will enter into service 10 years from now.

"Gripen is under continuous development. Computers with the best performance possible today will be viewed as inadequate for the tasks facing Gripen in ten years, when the aircraft must remain modern for a further twenty years. Few high-tech products have a service life as long as Gripen," says Lennart Sindahl, Vice President at Saab and head of the Aeronautics business area.

The new avionics system will enhance Gripen's capacity to handle large quantities of complex information with different security classification levels. A new avionics system also makes it possible in the future to introduce new sensors that require altered system architecture.

Saab serves the global market with world-leading products, services and solutions ranging from military defence to civil security. Saab has operations and employees on all continents and constantly develops, adopts and improves new technology to meet customers’ changing needs.

saabgroup.com

Capabilities Reach Up to 100% - Eurofighters in Sardinia at Their Best



08 May 2010 -- The Italian Air Force’s Eurofighter Typhoons demonstrated exceptional operational availability during a recent deployment for an Autonomous Air-Combat Manoeuvring Instrumentation campaign, to Decimomannu, Sardinia.

The 4th Stormo from Grosseto Air Base - with its IX Gruppo, 20° Gruppo (Operational Conversion Unit) and 904° GEA, Gruppo Efficienza Velivoli (Logistical Squadron) and the 36° Stormo from Gioia Del Colle AB, provided a total of 12 aircraft for the exercise, achieving excellent results during the deployment to the Sardinian base.

In two weeks of activity, 112 missions were completed out of the 114 planned, with an operational availability of 98.3%. This unique result has been made possible thanks to the optimised preparational capabilities of the technical staff of the 4th Stormo and by the attentive predisposition of the logistics department, which provided constant help and finalised the mission whenever any problem have occurred.

Moreover, the presence in Decimomannu of representatives of the whole Italian Eurofighter community helped improve the standardisation process between the Groups. In addition, the AACMI system allowed accurate debriefing which in turn helped the crew in analysing the tactics adopted and the results achieved in the two daily missions launched during the deployment.
The first week in Sardinia has been characterised by 10 Eurofighter Typhoons divided between "Blue Forces" (defence) and "Red Forces" (simulating possible threats). The second week, with 12 aircraft, was dedicated to the continuation of the training with the addition of Composite Air Operations Course, COMAO, missions in which German Air Force Tornadoesn were also included, in a scenario comprising of 16 aircraft, 12 of which were Eurofighters. During the second week, the Italian Eurofighters also carried out an "Open Sea" exercise, flying both escort missions and attack missions together with the Harriers and naval unit of the Italian Navy as well as with Italian Air Force MB.339 and Tornadoes.

Background information

Eurofighter Typhoon is the world's most advanced new generation real multi-role/swing-role combat aircraft available on the market and has been ordered by six nations (Germany, Italy, Spain, United Kingdom, Austria and the Kingdom of Saudi Arabia). With 707 aircraft under contract, it is Europe’s largest military collaborative programme and delivers leading-edge technology, strengthening Europe’s aerospace industry in the global competition. More than 100,000 jobs in 400 companies are secured by the programme. Eurofighter Jagdflugzeug GmbH manages the programme on behalf of the Eurofighter Partner Companies: Alenia Aeronautica/Finmeccanica, BAE Systems, EADS CASA and EADS Deutschland, Europe’s foremost aerospace companies with a total turnover of approx. €88 billion (2008).

Anggaran Super Tucano USD142 Juta


Super Tucano. (Foto: Embraer)

05 Maret 2010, Jakarta -- Rencana pengadaan pesawat pengganti OV-10F Bronco, telah melalui proses pelaksanaan dengan berbagai pertimbangan yaitu, Pesawat OV-10F Bronco merupakan jenis pesawat COIN (Counter Insurgency) yang mampu melaksanakan manuver dengan kecepatan tinggi dan rendah serta dapat take off dan landing pada landasan yang pendek. Mengingat pesawat tersebut relative tua, maka pihak pengguna TNI AU perlu untuk mengganti dengan pesawat sejenis.

Selain itu, berdasarkan operational requirement (opsreq) yang dibutuhkan untuk mengganti pesawat OV-10F Bronco, TNI AU telah melaksanakan kegiatan penilaian terhadap beberapa alternatif pesawat yaitu L159A (Ceko), M346 (Italia), K8P (China), EMB-314 (Brazil) dan KO-1B (korea).

Sedangkan untuk proses penilaian dilaksanakan oleh TNI AU yaitu melalui presentasi dari masing-masing pabrik pembuat pesawat, kemudian mengadakan peninjauan ke fasilitas pabrik pembuat pesawat dan melakukan uji terbang untuk memperoleh secara langsung data kemampuan, spesifikasi teknis (spektek) dan kondisi pabrik pembuat.

Dari hasil penilaian yang telah dilaksanakan tersebut, TNI AU memilih beberapa jenis pesawat sebagai alternatif yang dianggap memenuhi kriteria sebagai jenis pesawat COIN yang dapat menggantikan pesawat OV-10F Bronco. Selanjutnya TNI AU, melaporkan hasil penilaian pesawat COIN sebagai pesawat pengganti OV-10F Bronco kepada Mabes TNI.

K-8 jet tempur ringan buatan Cina tersingkir oleh Super Tucano. K-8 digunakan oleh beberapa angkatan udara di benua Afrika dan Pakistan. (Foto: sino defence)

Mabes TNI melaksanakan Sidang Dewan Kebijakan Penentuan Alut dan Alutsista (Wanjaktu) TNI pada tanggal 1 Okotber 2009. Dalam Sidang Wanjaktu TNI, Tim TNI AU melakukan paparan dan penjelasan serta diskusi tentang kegiatan yang telah dilakukan untuk penggantian pesawat OV-10F Bronco dan menyampaikan beberapa alternatif pengganti pesawat OV-10F Bronco, salah satunya adalah pesawat jenis EMB-314 Super Tucano.

Dengan disetujuinya oleh Wanjaktu TNI untuk diadakan penggantian pesawat pengganti OV-10F Bronco dan ditetapkannya Alokasi Pinjaman Pemerintah sebesar USD 142.000.000,00 Perkembangan pengadaan pesawat tersebut, saat ini sedang diproses oleh TNI AU. Kementerian Pertahanan menunggu hasil proses yang dilaksanakan TNI AU untuk menindaklanjuti kebutuhan pengadaan pesawat pengganti OV-10F Bronco.


DMC

PAK FA Lakukan Penerbangan Kedua


Prototipe jet tempur generasi kelima buatan Rusia PAK FA dikenal dengan T-50 saat melakukan uji terbang pertama 29 Januari 2010 di Komsomolsk-on-Amur, Timur Jauh Rusia. (Foto: Sukhoi)

13 Februari 2010 -- Prototipe jet tempur generasi kelima buatan Rusia PAK FA melakukan uji terbang kedua di Komsomolsk-on-Amur, Timur Jauh Rusia menurut seorang pejabat Kementrian Pertahanan Rusia kepada RIA Novosti, Jumat (12/2).

PAK FA pertama kali mengudara 20 Januari selama 47 menit di Komsomolsk-on-Amur, Timur Jauh Rusia.

Setelah menjalani serangkaian uji terbang di Komsomolsk-on-Amur, pesawat akan diangkunt ke Pangkalan Angkatan Udara Zhukovsky dekat Moskow untuk pengujian akhir.

Rusia mengembangkan PAK FA sejak era tahun 1990-an, dirancang oleh biro disain Sukhoi dan dibangun di Komsomolsk-on-Amur.

KASAU Rusia mengatakan minggu lalu, batch pertama jet tempur ini akan dioperasikan angkatan udara mulai 2015. Sebelumnya Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin mengatakan PAK FA mulai dioperasikan 2013.

F-22 Raptor buatan Amerika Serikat satu-satunya jet tempur generasi kelima yang sudah dioperasikan, sedangkan F-35 JSF dan PAK FA dalam tahap uji penerbangan. Diperkirakan harga satu unit PAK FA 100 juta dolar sedangkan F-35 122 juta dolar.



RIA Novosti/@beritahankam

Pengembangan Jet Tempur F-35 Diteruskan


Para pengunjung melihat dari dekat pesawat tempur F-35 buatan Lockheed Martin yang dipamerkan di Pameran Dirgantara Singapura 2010, Selasa (2/2). Pesawat ini belum dioperasikan dan masih dalam tahap uji coba. Jenis pesawat ini bisa mengelabui radar musuh dan memiliki berbagai kelebihan dari semua pesawat tempur generasi sebelumnya. (Foto: APF/Roslan Rahman)

5 Februari 2010, Washington -- Program pengadaan pesawat jet tempur canggih dan berbiaya lebih murah, F-35, tetap diteruskan. Dalam prosesnya ternyata pesawat yang diproduksi Lockheed Martin itu tidak semurah seperti yang direncanakan. Waktu pembuatannya juga molor dari jadwal yang direncanakan.

Menteri Pertahanan AS Robert Gates, Rabu (3/2), menegaskan komitmen pelanjutan program pengadaan pesawat tempur gabungan F-35 itu. Perusahaan Boeing berusaha memanfaatkan sejumlah kelemahan program F-35. Boeing menawarkan perpanjangan kontrak pengadaan pesawat tempur F/A-18.

Untuk menggerakkan kembali program F-35 sesuai yang direncanakan, Gates memecat seorang jenderal yang menjabat senior manajer program F-35. Bonus sebesar 614 juta dollar AS yang dijanjikan kepada para petinggi Lockheed Martin juga dibatalkan karena buruknya kinerja program F-35.

Keputusan itu mempermalukan para pejabat Lockheed Martin, kontraktor militer terbesar AS. Meski demikian, para pejabat Pentagon mengatakan, mereka ingin memastikan program itu tidak mati. Hal ini pernah terjadi pada program persenjataan lainnya yang kemudian rontok di tengah jalan.

2.400 pesawat

Harian AS The New York Times menyebutkan, Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Marinir AS berencana membeli lebih dari 2.400 pesawat F-35.

Akan tetapi, keterlambatan dalam produksi bisa membuat mereka harus menghabiskan miliaran dollar AS untuk membeli pesawat tempur lain yang kurang mutakhir. Hal ini sekaligus bisa mengurangi jumlah pesanan untuk F-35, pesawat generasi kelima dengan sebuah kursi.

F-35 diproyeksikan akan menggantikan pesawat tempur F-16 dan pesawat-pesawat tempur lainnya yang sudah tua.

Lockheed Martin sebenarnya telah memproduksi model F-35, tetapi baru dua persen dari program uji terbang yang telah dilakukan.

Pada hari Selasa (2/2), produksi F-35 kelima menjalani uji terbang untuk pertama kali. Selain dibuat untuk model lepas landas secara horizontal (konvensional), F-35 juga dibuat untuk model lepas landas dengan landasan pacu yang pendek dan model pendaratan vertikal.

Kongres AS kerap mempertanyakan program F-35. Gates dan Kepala Staf Angkatan Laut yang juga Kepala Staf Gabungan Admiral Mike Mullen mengakui program F-35 bermasalah. Namun, dengan upaya restrukturisasi yang dipimpin Pentagon, program F-35 itu diyakini bisa berjalan lancar.

Mullen mengatakan, Pentagon akan memulai pelatihan F-35 pada 2011. Harga satu unit pesawat F-35 sekitar 122 juta dollar AS, jauh lebih murah dari pesawat tempur canggih F-22 yang berharga 350 juta dollar AS. Sampai saat ini, hanya 187 unit F-22 yang sudah diproduksi.

Menurut situs Lockheedmartin.com, F-35 dirancang sebagai pesawat tempur yang lebih lincah saat mendarat dan lepas landas dengan kecepatan melebihi kecepatan suara dan susah dideteksi musuh. Pesawat juga dirancang untuk bisa lebih dekat ke sasaran dan bisa menerjang multisasaran dalam sekali pukul.






KOMPAS

Jet Tempur F-7 AU Myanmar Jatuh


Jet tempur buatan Cina F-7 AU Pakistan. (Foto: PAF)

24 Januari 2010 -- Sebuah jet tempur kursi tunggal buatan Cina F-7 milik Angkatan Udara Myanmar jatuh di pangkalan udara Mingaladon saat melakukan latihan terbang, Jumat (22/1) menurut saksi mata petugas Bandara Internasional Yangon kepada Kantor Berita Reuters.

Menurut saksi mata pilot tidak dapat menyelamatkan diri, tewas ditempat kejadian. Insiden ini salah satu dari sepuluh insiden fatal yang menimpa pesawat militer AU Myanmar sejak 1999.

Pemerintah junta militer Myanmar tidak dapat membeli persenjataan dari negara barat karena dituduh melanggar HAM berat.

Myanmar melengkapi angkatan bersenjatanya dengan persenjataan buatan Cina, Rusia dan India.

Rusia dan Myanmar telah menandatangani pembelian 20 jet tempur MiG-29 senilai 572,2 juta dolar, setelah menyingkirkan jet tempur buatan Cina.

Rusia telah mengirimkan 12 MiG-29 ke Myanmar pada 2001.





REUTERS/@beritahankam

Jet Tempur AU Rusia Hilang



Sukhoi Su-27.

14 Januari 2009 -- Sebuah jet tempur Angkatan Udara Rusia Sukhoi Su-27 Flanker hilang dari layar radar di teritori Khabarovsk pada pukul 9.27 pagi waktu Moskow, menurut sebuah sumber di Distrik Militer Timur Jauh kepada RIA Novosti, Kamis (14/1).

Kementrian Pertahanan Rusia mengatakan jet tempur sedang melakukan penerbangan rutin dan kira-kira 30 km dari pangkalan tempat tinggal landas.

Operasi pencarian dan penyelamatan sedang dilakukan tetapi sejauh ini tidak ada tanda dari jet tempur yang hilang.

“Jet tempur tersebut dipiloti oleh seorang berpengalaman, perwira terlatih baik,” ungkap Kementrian Pertahanan.

Tahun lalu, terjadi dua insiden fatal yang menimpa Su-27 karena faktor "human error".

AU Belarusia kehilangan sebuah jet tempur Su-27 jatuh saat melakukan manuver akrobatik, menewaskan dua pilotnya pada 30 Oktober 2009. Dua minggu sebelumnya, dua Su-27 bertabrakan di udara saat melakukan persiapan untuk pameran udara MAKS-2009 diluar Moskow, menewaskan satu orang pilot.



RIA Novosti/@beritahankam

AU India Akan Membeli Lagi 50 Su-30MKI



Su-30MKI AU India. (Foto: Indian Airforce)


10 Januari 2009 –- Komandan AU India tertarik menambah armada jet tempur Sukhoi Su-30MKI 50 pesawat lagi, hingga jumlah total 280 Su-30MKI.

Saat ini AU India telah memesan 230 SU-30MKI, termasuk 140 pesawat dirakit berdasarkan lisensi di Hindustan Aeronautics Ltd (HAL), India. HAL mulai membangun pesawat pada 2005 dan dijadwalkan seluruh pesawat selesai diserahkan ke AU India pada 2014.

Pabrik pesawat Irkut, Rusia membangun 50 Su-30MKI dan telah seluruhnya diserahkan ke AU India pada 2007. Saat ini Irkut membangun 40 Su-30MKI berdasarkan kontrak senilai 1,6 milyar dolar pada Oktober 2007.

Grafis Sukhoi Su-30MKI. (Grafis: RIA Novosti)

Sukhoi Su-30MKI. (Foto: IAF)

Selain Su-30MKI, AU India mengoperasikan dua jenis jet tempur buatan Perancis Mirage 2000 dan Jaguar, jet tempur era tahun 1960-an buatan Uni Sovyet MiG-21 BIS yang akan digantikan dengan 126 jet tempur dalam program MRCA, jet tempur buatan Rusia MiG-29.

India saat ini sedang mengembangkan jet tempur ringan buatan dalam negeri HAL Tejas, direncanakan AU India akan mengoperasikan 220 pesawat jenis ini. Serta bersama Rusia sedang mengembangkan jet tempur generasi kelima Fifth Generation Fighter Aircraft (FGFA). AU India merencanakan akan membeli 250 pesawat FGFA, diperkirakan harganya 100 juta dolar per-unit.

AU India mempensiunkan armada jet tempur MiG-23BN (Vijay) tahun lalu. Sebelumnya AU India pernah mengoperasikan hingga 70 MiG-23 tergabung dalam 4 skadron, hampir setenggahnya hilang dalam kecelakaan dan insiden lainnya.

Gallery jet tempur yang dioperasikan AU India

MiG-21 BIS. (Foto: IAF)

Jaguar. (Foto: IAF)

Mirage 2000. (Foto: IAF)

Gallery jet tempur yang akan dioperasikan AU India

HAL Tejas. (Foto: IAF)

FGFA atau PAKFA.


Defpro/@beritahankam

Presiden Brasilia Penentu Pemenang Kontrak Pembelian Jet Tempur



Dassault Rafale B untuk AU Perancis. (Foto: airforce-technology)



7 Januari 2009 -- Pemerintah Brasilia akan memutuskan pemenang kontrak pembelian 36 jet tempur senilai 7 milyar dolar, diungkapkan Menteri Luar Negeri Brazilia Celco Amorim, Rabu (6/1) di Genewa.

Celco menambahkan yang memutuskan Menteri Pertahanan dan Presiden Luiz Inacio da Silva. Keputusan ini tidak semata-mata keputusan militer tetapi keputusan politis juga.

Kontrak ini diperebutkan pabrik pesawat Perancis Dassault yang mengajukan Rafale, perusahaan Swedia SAAB dengan Gripen NG serta perusahaan Amerika Serikat Boeing dengan F/A-18 Super Hornet.

Saab Gripen NG


Angkatan Udara Brasilia diberitakan harian lokal Folha de S. Paulo, Selasa (5/1) memilih NG Gripen di urutan pertama, disusul F/A-18 Super Hornet dan diurutan terakhir Rafale. AU Brasilia memilih Gripen karena harga Rafale terlalu mahal, dua kali harga Gripen. Tetapi pihak AU Brasilia tidak mengkonfirmasi berita ini.

Meskipun Rafale diurutan buncit, dipertimbang menjadi pemenang kontrak setelah Presiden Brasilia Luiz Inacio da Silva bertemu timbalannya Presiden Perancis Nicolas Sarkozy pada September tahun lalu di Brasilia, yang melakukan negosiasi pembelian pesawat.

Hingga saat ini, Rafale belum diminati oleh negara diluar Perancis. Brasilia mungkin menjadi pemilik Rafale pertama di luar Perancis. Jika pilihan politis menjadi pertimbangan utama dalam menentukan pemenang tender.

Sedangkan Gripen telah digunakan oleh AU Swedia (204 pesawat), Afrika Selatan (26), Ceko (14), Hongaria (14) serta Thailand (12).




AFP/@beritahakam

Myanmar Borong 20 MiG-29 Dibawah Sangsi Barat


MiG-29 AU Jerman.



25 Desember 2009 –- Myanmar dan Rusia menandatangani kontrak pembelian 20 jet tempur MiG-29 senilai hampir 600 juta dolar, diberitakan media Rusia Pravda.Ru, Kamis (24/12).

Pada 2001, Rusia mengirimkan 12 MiG-29 ke Myanmar diungkapkan Wakil Direktur Institut Analisa Politik dan Militer Alexander Khramchikhin pada Pravda.Ru.

Meskipun pemerintah junta militer Myanmar dikenakan sangsi oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat terkait pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia). Myanmar masih dapat memperkuat angkatan bersenjatanya dengan membeli senjata dari Cina, India dan Rusia.

Rusia mengalahkan Cina yang menawarkan jet tempur modern Chengdu Jian J-10 dan FC-1/JF-17 menurut sebuah sumber di Rosoboronexport.

Chengdu Jian J-10.

FC-1/JF-17.

Kontrak pembelian ini merupakan yang terbesar untuk penjualan MiG-29. Setelah Aljazair menolak menerima 34 MiG-29 senilai 1,406 milyar dolar pada 2007 karena kualitas lebih rendah daripada yang diharapkan Aljazair. Jet tempur tersebut dikembalikan ke Rusia di tahun 2008, selanjutnya dioperasikan oleh Angkatan Udara Rusia.

Setelah insiden pengembalian oleh Aljazair, Rusia hanya menjual dapat menjual 6 MiG-29 ke Sri Lanka dan menghibahkan 10 pesawat ke Lebanon.

Pravda.Ru

Sukhoi PAK FA Dapat Diuji Coba Akhir 2009




23 Desember 2009 -- Rusia dapat memulai pengujian jet tempur generasi kelima pada akhir 2009 atau awal 2010, ungkap Wakil Perdana Menteri Rusia Sergei Ivanov, Rabu (23/12) diberitakan Kantor Berita RIA Novosti.

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Vladimir Popovkin mengatakan jet tempur yang telah dikembangkan sejak era tahun 1990-an, akan dioperasikan oleh Angkatan Udara pada 2015.

Rusia diketahui mengembangkan proyek jet tempur generasi kelima Sukhoi PAK FA dan saat ini prototipenya dikenal dengan T-50. Jet tempur ini dikembangkan untuk menyaingi jet tempur siluman buatan Amerika Serikat F-22 Raptor dan F-35 Lightning II.

Uji terbang perdana T-50 tertunda terus sejak awal 2007 dengan alasan tidak jelas.

KASU Rusia Alexander Zelin pada Agustus 2009 mengungkapkan penundaan disebabkan masalah mesin dan riset terus berjalan.

Sukhoi PAK FA akan dipersenjatai rudal udara ke udara, udara ke permukaan dan udara ke kapal generasi baru serta dilengkapi dua kanon 30 mm.




RIA Novosti/@beritahankam

F/A-18F Super Hornet














Sukhoi PAK FA T-50 Terbang Perdana Sebelum Akhir Tahun 2010


Sukhoi PAK FA T-50. (Foto: warfare.ru)


9 Desember 2009 -- Rusia akan memulai pengujian jet tempur generasi kelima sebelum berakhir tahun 2010 diumumkan Wakil Perdana Menteri Rusia Sergei Ivanov, Selasa (8/12).

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Vladimir Popovkin mengatakan pesawat tempur yang sedang dikembangkan sejak tahun tahun 1990-an, akan dioperasikan angkatan udara 2015.
Rusia diketahui mempunyai proyek pembuatan jet tempur generasi kelima yang dikenal Sukhoi PAK FA dan prototipe sekarang dikenal T-50.


Penerbangan pertama T-50 dilaporkan tertunda sejak awal 2007 untuk alasan yang tidak jelas.

Tetapi KASAU Rusia Alexander Zelin pada Agustus 2009 mengatakan penundaan tersebut dikarenakan masalah mesin dan riset sedang berlangsung.

PAK FA berkemampuan siluman, mampu terbang ferry sejauh 4000 km hingga 5500 km, dipersenjatai misil udara ke udara, udara ke permukaan dan anti kapal generasi baru, serta dilengkapi dua kanon 30 mm.

RIA Novosti/@beritahankam

JENIS PESAWAT TEMPUR



F-16I


F-5
Mitsubishi Japan F-2 (Jepang)


18 Super Hornet (Amerika)



SU 47 (Rusia)


Dessault Rafle (Francis)



SU 30 (Rusia)



Jas 39 Gripen (Swedia)


Chengdu J-10 (China)


F-22 Raptor (Amerika)


Su 34 (Rusia)


Eurofighter Typhoon (Britania Raya)